Saturday, August 21, 2010

DAMPAK RAMADHAN TERHADAP EKONOMI

Ramadhan membawa berkah bagi semua stakeholders yang berkaitan dengan ekonomi secara keseluruhan. Pada masa itu konsumsi rumah tangga dipastikan akan meningkat karena keperluan belanja untuk bahan kebutuhan pokok, pakaian dan alat ibadah. Dampaknya multiplyer effect terhadap ekonomi riil akan terpacu untuk meningkatkan laba, pedagang akan diuntungkan dengan harga yang meningkat, sehingga perputaran uang selama Ramadhan menjadi sangat besar.

Selain perputaran secara keseluruhan, persebaran uang pun menjadi semakin luas. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat Indonesia untuk ‘mudik’ atau pulang ke kampung halamannya dengan membawa sejumlah uang untuk dibagikan atau sekedar berbagi dengan famili menjelang hari raya. Sebagai gambaran, tahun lalu peredaran uang di daerah sebesar 62%, sedangkan di Jakarta hanya sebanyak 38%. Selain persebaran uang, permintaan uang kartal pada BI juga tinggi, terutama dari sektor korporat yang digunakan untuk pembayawan THR karyawan. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), jumlah uang yang beredar pada bulan Agustus diperkirakan sekitar Rp 126 triliun, sedangkan persiapan dana untuk menyambut lebaran disiapkan sebesar Rp 49 triliun. Dana tersebut naik sebesar 10% dari tahun lalu.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas New Hampshire dalam kurun waktu 1989 sampai 2007, bursa saham di negara dengan mayoritas muslim, seperti Oman, Turki, Kuwait, Uni Emirate Arab, Qatar, Pakistan, Jordan, Mesir, Maroko, Tunisia, Malaysia, Bahrain, Indonesia, dan Saudi Arabia, menghasilkan return rata-rata sebesar 38% selama bulan Ramadhan, berdasarkan laporan tersebut dijelaskan pula bahwa rata-rata return sebesar 4,3% dalam sisa tahun tersebut. Menurut Ahmad Etebari, Profesor dari Universitas Durham, New Hampshire, hal ini lebih disebabkan optimisme selama Ramadhan, yaitu faktor behavioral dan psikologi. Namun implikasinya adalah kebanyakan investor dunia akan menempatkan dananya selama bulan Ramadhan di negara muslim untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat. Sehingga besar kemungkinan indeks di negara muslim akan kebanjiran hot money para investor, sehingga memicu rally selama bulan Ramadhan.

Contohnya adalah pada saat puasa tahun 2009 lalu, yang berlangsung dari 22 Agustus 2009 - 19 September 2009. Indeks dibuka pada angka 2,333.90 (harga penutupan per 21 Agustus 2009) dan berakhir pada level 2,456.99 (data penutupan per 17 September 2009). Selama sebulan indeks meningkat sebesar 123.09 poin atau naik 5,27% di akhir bulan Ramadhan. Sedangkan untuk tahun 2008, indeks mengalami penurunan pada saat bulan puasa karena dampak dari krisis global. Pada tahun 2007 naik 18.69% atau sebesar 415.46 poin.

di sadur dari: http://vibizdaily.com/detail/bisnis/2010/08/10/fenomena_ekonomi_ramadhan

0 comments: