Sunday, April 25, 2010

HUKUM PERMINTAAN DAN PENAWARAN

HUKUM PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Dalam sebuah mekanisme pasar, permintaan dan penawaran merupakan hal yang sangat penting. Hal ini di karenakan, jika tidak ada keseimbangan antara permintaan dan penawaran maka akan terjadi ketimpangan dalam harga atau dalam quantitas barang atau jasa yang di perjual-belikan. Oleh karena itu permintaan harus seimbangan dengan penawaran. Untuk itu sangat penting sekali mengetahui jumlah pwnawaran yang di berikan dan membandingkannya dengan jumlah permintaan dari konsumen agar ketidakseimbangan permintaan dan penawaran dapat di atasi.

Sebelum kita membahas bagaimana mekanisme permintaan dan penawaran, alangkah baiknya kita mengenal apa itu permintaan dan penawaran? Bagaimana hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi? Makalah singkat ini mencoba membahas itu semua dengan ringkas.

Permintaan

Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Permintaan dapat juga diartikan dengan kesanggupan dan kemampuan pembeli untuk membeli barang dan perkhidmatan pada pelbagai tingkat harga dan tingkat masa tertentu. Permintaan, dapat diartikan sebagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Permintaan pasar untuk suatu produk adalah jumlah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu dalam waliyah geografis tertentu dalm jangka waktu tertentu, dan dalam lingkungan pemasaran tertentu di bawah program pemasaran tertentu[1].

Menurut Winardi permintaan adalah jumlah benda yang para pembeli besedia untuk membelinya dalam harga tertentu, pasar tertentu, dan waktu tertentu. Sedangkan.

Menurut Hartowo permintaan adalah jumlah yang dibeli dalam berbagai kemungkinan harga yang berlaku dipasar dalam periode tertentu. Menurut Masykur Wiratno permintaan adalah sebuah daftar atau kurva yang menghubungkan berbagai jumlah yang akan dibeli setiap waktu yang ditentukan pada harga-harga alternative “ceteris paribus.[2]

Jadi permintaan adalah jumlah barang, benda dan, jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga tertentu, pasar tertentu, dan waktu tertentu, dengan kesanggupan dan kemampuan pembeli untuk membeli barang

Permintaan adalah kebutuhan masyarakat / individu terhadap suatu jenis

barang tergantung kepada factor-faktor sebgai berikut:

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain

3. Pendapatan konsumen

4. Cita masyarakat / selera

5. Jumlah penduduk

6. Musim / iklim

7. Prediksi masa yang akan datang[3]

Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh konsumen dengan variabel-variabel lain yang mempengaruhinya pada suatu periode tertentu

Penawaran

penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi.[4] Penawaran dapat juga diartikan sebagai kemampuan produsen dalm menyediakan permintaan masyarakat dengan berbagai tingkat harga tertentu.

Keinginan para penjual dalam menawarkan barang ada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa factor penting, yaitu:

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga-harga barang lain

3. Biaya produksi

4. Tujuan perusahaan

5. Tingkat produksi yang digunakan[5]

Fungsi penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen dengan variabel-variabel lain yang mempengaruhinya pada suatu periode tertentu.

Hukum permintaan

Hukum ekonomi berlaku ceteris paribus (diluar obyek yang diselidiki, keadaannya tetap tidak berubah). Singkatnya hukum permintaan adalah “ Permintaan akan bertambah apabila harga turun dan akan berkurang apa bila harga naik” Hukum permintaan tersebut dilatari oleh kenyataan bahwa orang harus memenuhi kebutuhannya sebatas anggaran atau pendapatan tertentu. Hukum permintaan menyatakan, bahwa bila harga suatu barang meningkat, maka kuantitas (jumlah) barang yang diminta akan berkurang atau menurun,

dengan asumsi ceteris paribus berlaku. Apabila dinyatakan dalam bentuk tabel, "permintaan" dapat dimisalkan sebagai berikut :

Daftar berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga

Harga barang X (Rp)

Kuantitas barang X yang diminta (unit)

Titik Korespondensi

100

110

120

150

10

8

6

1

A

B

C

D

Apabila dinyatakan dalam bentuk matematis dapat ditulis :

Qd = f(H, Hs, Hk, Y, t)

dimana :

Qd = Jumlah barang yang diminta

H = Harga barang yang bersangkutan

Hs = Harga barang substitusi

Hk = Harga barang komplementer

Y = Pendapatan konsumen

t = Selera (taste), biasanya faktor ini dihilangkan karena sulit untuk mengukurnya secara kuantitatif.

Rumusan tersebut dapat dibaca sbb : Jumlah barang tertentu yang diminta tergantung atas tingkat harga barang tersebut, harga barang lain yang bersifat substitusi, tingkat harga barang lain yang bersifat komplementer, pendapatan konsumen dan selera. Keunggulan pendekatan matematis dibanding dengan grafis yaitu tidak diharuskan pernyataan ceteris paribus.

Hukum permintaan menyatakan apabila harga sesuatu barang meningkat kuantiti yang diminta jatuh: dan apabila harga sesuatu barang jatuh maka kuantiti yang diminta akan meningkat, ceteris paribus.[6]

Hukum penawaran

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut ditawarkan pada penjual[7]. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran yaitu apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.

Kesimpulan

Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang dapat dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga tertentu. Hukum permintaan itu sendiri adalah Permintaan akan bertambah apabila harga turun dan akan berkurang apa bila harga naik. Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi. Hukum penawaran adalah apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.

Semoga apa yang penulis sampaikan dalam makalah singkat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.



[1]. Manajemen pemasaran di Indonesia, Philip kolter, terjemahan AB susanto, salemba empat, Jakarta 2000 hal 325.

[3]. www.psb-psma.org/content/powerpoint/hukum-permintaan-dan-penawaran

[4] . www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/msg196044

[5] . www.psb-psma.org/content/powerpoint/hukum-permintaan-dan-penawaran

[6] .ibid

[7] .Html ingkantiara.multiply.com/links/item/16/ penawaran

Tuesday, April 20, 2010

MANAJEMEN PIUTANG

Manajemen piutang

Piutang adalah aktiva yang timbul karena dilaksanakannya penujualan oleh perusahaan secara kredit. Ini di lakukan untuk merangsang minat pelanggan, sehingga dapat memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Namun cara ini juga dapat menimbulkan resiko, dimana piutang tidak dapat ditagih baik sebagiannya maupun seluruh piutang tersebut. Oleh karena itu harus diperhitungkan biaya piutang tersebut, biaya ats resiko yang di tanggung dari piutang dalam bentuk bad debt expense.

Keuntungan-keuntungan dalam penjualan kredit bagi perusahaan:

a. Kenaikan hasil penjualan

b. Kanaikan laba sebagai akibat dari kenaikan penjualan

c. Memenangkan persaingan

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutangL:

1. Volume penjualan

Makin besar penjualan kredit semakin besar pula jumlah piutang begitu pula sebaliknya

2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit

Semakin panjang batas waktu pembayaran semakin besar pula jumlah piutang dan sebaliknya semakin pendek batas waktunya pembayaran kredit juga semakin kecil jumlah piutang

3. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit

Bila batas maksimal penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah besar maka piutang juga semakin besar

4. Kebiasaan membayar para pelanggan kredit

Apabila kebiasaan membayar pelanggan mudur dari waktu yang telah di tetapkan maka piutang akan semakin besar

5. Kegiatan menagih piutang dari perusahaan

Apabila penagihan piutang bersifat aktif maka jumlah piutang semakin kecil dan apabila pasif maka jumlah piutang semakin besar

Biaya atas piutang

Dalam penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan, maka kegiatan ini tidak lepas dari resiko yang harus ditanggung akibat dari timbilnya piutang. Resiko tersebut berupa biaya-biaya yang timbil karena piutang. Biaya tersebut adalah:

1. Biaya penghapusan piutang

Dihitung pada setiap periode, biaya ini atas bad debt yang akan dihapus piutangnya.

2. Biaya pengumpulan piutang

Biaya yang timbul dari kegiatan penagihan piutang

3. Biaya administrasi

4. Biaya sumber dana (weight cast)

Dana yang diperlukan untuk menjaga piutang baik dari dalam maupun dari luar perusahaan

Manajemen piutang:

Kegiatannya:

a. Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang

b. Pengendalian piutang

c. Penggunaan ratio-ratio

1. Perencanaa jumlah dan pengumpulan piutang

Rencana jumlah piutang disusun berdasarkan budget penjualan dengan memperhatikan persyaratan pembayaran yang diberikan kepada pelanggan dan kebiasaan pelanggan dalam mebayar hutang.

Besar piutang dipengaruhi oleh resiko piutang yang tak tertagih yang deperkirakan oleh perusahaan juga dengan memperhatikan kebiasaan membayar pelanggan, dapat direncanakan kapan pengumpulan piutang.

Misalnya perusahaan sari lidah buaya memiliki perencanaan dan pengumpulan piutang sebagai berikut:

1. Januari Rp 7.000.000

2. Februari Rp 7.500.000

3. Maret Rp 8.000.000

4. April Rp 8.500.000

5. Mei Rp 9.000.000

6. Juni Rp 9.500.000

7. Juli Rp 10.000.000

8. Agustus Rp 10.500.000

9. September Rp 11.000.000

10. Oktober Rp 11.500.000

11. November Rp 12.000.000

12. Desember Rp 12.500.000

Syarat pembayaran yang ditetapkan perusahaan adalah 2/20 net 30.

Data pembayaran hutang tahun lalu

a. 20% dari penjualan setiap bulan dibayar kontan pada saat pembelian

b. 50% dari penjualan setiap bulan terkumpul dalam 20 hari dalam bulan yang sama

c. 10% dari penjualan setiap bulan terkumpul dalam 20 hari dalam bulan berikutnya

d. 15% dari penjualan setiap bulan terkumpul sesudah 20 hari dan pada bulan berikutnya

e. 5% dari penjualan setiap bulan puitang tak tertagih

Piutang yang belum tertagih pada bulan desember tahun sebelumnya adalah sebesar 2.500.000 dan akan diterima januari tahun depan

Susunan rencana piutang dan pengumpulannya untuk bulan januari.

1. Piutang belum tertagih bulan lalu Rp 2.500.000 dan akan tertagih bulan januari

2. Penjualan tunai 25% tidak termasuk hitungan rencana piutang tapi dalam laporan rugi laba yang akan dipotong biaya 2%

3. Piutang ter tagih bulan januari:

a. Piutang tahun lalu Rp 2.500.000

b. (50% x Rp 7.000.000) – 2% x

(50% x Rp 7.000.000) Rp 3.430.000

Rp 5.930.000

4. Piutang januari yang tertagih bulan februari

a. (10% x Rp 7.000.000) – 2% x

(10% x Rp 7.000.000) Rp 686.000

b. 15% x Rp 7.000.000 Rp 1.050.000

Rp 1.736.000

c. Piutang tak tertagih

5% x Rp 7.000.000 Rp 350.000

5. Piuatang bulan januari

a. (50% x Rp 7.000.000) – 2% x

(50% x Rp 7.000.000) Rp 3.430.000

b. (10% x Rp 7.000.000) – 2% x

(10% x Rp 7.000.000) Rp 686.000

c. 15% x Rp 7.000.000 Rp 1.050.000

Jumlah piutang Rp 5.166.000

Susunan rencana piutang dan pengumpulannya untuk bulan februari.

1. Penjualan tunai 25% tidak termasuk hitungan rencana piutang tapi dalam laporan rugi laba yang akan dipotong biaya 2%

2. Piutang ter tagih bulan februari:

a. (50% x Rp 7.500.000) – 2% x

(50% x Rp 7.500.000) Rp 3.675.000

3. Piutang februari yang tertagih bulan maret

a. (10% x Rp 7.500.000) – 2% x

(10% x Rp 7.500.000) Rp 735.000

b. 15% x Rp 7.500.000 Rp 1.125.000

Rp 1.760.000

4. Piutang tak tertagih

5% x Rp 7.500.000 Rp 375.000

5. Piutang bulan februari

d. (50% x Rp 7.500.000) – 2% x

(50% x Rp 7.500.000) Rp 3.675.000

e. (10% x Rp 7.500.000) – 2% x

(10% x Rp 7.500.000) Rp 735.000

f. 15% x Rp 7.500.000 Rp 1.125.000

Jumlah piutang Rp 5.535.000

Susunan rencana piutang dan pengumpulannya untuk bulan maret.

1. Penjualan tunai 25% tidak termasuk hitungan rencana piutang tapi dalam laporan rugi laba yang akan dipotong biaya 2%

2. Piutang ter tagih bulan maret:

a. (50% x Rp 8.000.000) – 2% x

(50% x Rp 8.000.000) Rp 3.920.000

3. Piutang maret yang tertagih bulan april

a. (10% x Rp 8.000.000) – 2% x

(10% x Rp 8.000.000) Rp 784.000

b. 15% x Rp 8.000.000 Rp 1.200.000

Rp 1.984.000

4. Piutang tak tertagih

5% x Rp 8.000.000 Rp 400.000

5. Piutang bulan maret

a. (50% x Rp 8.000.000) – 2% x

(50% x Rp 8.000.000) Rp 3.920.000

b. (10% x Rp 8.000.000) – 2% x

(10% x Rp 8.000.000) Rp 784.000

c. 15% x Rp 8.000.000 Rp 1.200.000

Jumlah piutang Rp 5.804.000

Susunan rencana piutang dan pengumpulannya untuk bulan april.

1. Penjualan tunai 25% tidak termasuk hitungan rencana piutang tapi dalam laporan rugi laba yang akan dipotong biaya 2%

2. Piutang tertagih bulan april:

a. (50% x Rp 8.500.000) – 2% x

(50% x Rp 8.500.000) Rp 4.165.000

3. Piutang april yang tertagih bulan mei

a. (10% x Rp 8.500.000) – 2% x

(10% x Rp 8.500.000) Rp 833000

b. 15% x Rp 8.500.000 Rp 1.275.000

Rp 2.108.000

4. Piutang tak tertagih

5% x Rp 8.500.000 Rp 425.000

5. Piutang bulan april

a. (50% x Rp 8.500.000) – 2% x

(50% x Rp 8.500.000) Rp 4.165.000

b. (10% x Rp 8.500.000) – 2% x

(10% x Rp 8.500.000) Rp 833000

c. 15% x Rp 8.500.000 Rp 1.275.000

Jumlah piutang Rp 6.273000

Susunan rencana piutang dan pengumpulannya untuk bulan mei.

6. Penjualan tunai 25% tidak termasuk hitungan rencana piutang tapi dalam laporan rugi laba yang akan dipotong biaya 2%

7. Piutang tertagih bulan mei:

b. (50% x Rp 9.000.000) – 2% x

(50% x Rp 9.000.000) Rp 4.410.000

8. Piutang mei yang tertagih bulan juni

c. (10% x Rp 9.000.000) – 2% x

(10% x Rp 9.000.000) Rp 882.000

d. 15% x Rp 9.000.000 Rp 1.350.000

Rp 2.232.000

9. Piutang tak tertagih

5% x Rp 9.000.000 Rp 450.000

10. Piutang bulan mei

d. (50% x Rp 9.000.000) – 2% x

(50% x Rp 9.000.000) Rp 4.410.000

e. (10% x Rp 9.000.000) – 2% x

(10% x Rp 9.000.000) Rp 882.000

f. 15% x Rp 9.000.000 Rp 1.350.000

Jumlah piutang Rp 6.642000

Susunan rencana piutang dan pengumpulannya untuk bulan juni.

11. Penjualan tunai 25% tidak termasuk hitungan rencana piutang tapi dalam laporan rugi laba yang akan dipotong biaya 2%

12. Piutang tertagih bulan mei:

c. (50% x Rp 9.500.000) – 2% x

(50% x Rp 9.500.000) Rp 4.655.000

13. Piutang mei yang tertagih bulan juni

e. (10% x Rp 9.500.000) – 2% x

(10% x Rp 9.500.000) Rp 931.000

f. 15% x Rp 9.500.000 Rp 1.425.000

Rp 2.356.000

14. Piutang tak tertagih

5% x Rp 9.500.000 Rp 475.000

15. Piutang bulan mei

g. (50% x Rp 9.500.000) – 2% x

(50% x Rp 9.500.000) Rp 4.655.000

h. (10% x Rp 9.500.000) – 2% x

(10% x Rp 9.500.000) Rp 931.000

i. 15% x Rp 9.500.000 Rp 1.425.000

Jumlah piutang Rp 7.011.000

Dan untuk enam bulan berikutnya penghitungannya sama

2. Pengendalian piutang

Agar piutang dapat terkendali dengan ketat ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

a. Penyaringan pelanggan

b. Penentuan resiko kredit

c. Penentuan potongan-potongan (return)

d. Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit

e. Penetuan ketentuan-ketentuan dalam menghadapi penunggak

1. Penyaringan pelanggan

Faktor-faktor yang diperlukan dalam menyaring pelanggan

a) Adanya kesanggupan secara jujur untuk membayar kredit yang telah diterima oleh pelanggan

b) Adanya kemampuan pelanggan yang diukur secara subjektif oleh perusahaan

c) Adanya ikatan atau jaminan untuk keamanan dari resiko kredit baik berupa surat-surat penting ataupun benda yang ada nilainya dari pelanggan

2. Penentuan resiko kredit

Dari pengalaman tahun sebelumnya oleh perusahaan dapat diketahui perkiraan besarnya resiko kredit yang tidak dibayar pelanggan pada periode tertentu sehingga manaajer keuangan dapat merencanakan persediaan penghapusan piutang ataupun pengumpulannya

a) Penentuan batas resiko tertinggi resiko kredit, misalnya pada tahun-tahun sebelumnya piutang taktertagih sekitar 5%,4%,3% dari penjualan maka dapat ditentukan batas tertinggi 5%

Resiko kredit tahun lalu probabilitas

5% 50%

4% 30%

3% 20%

Maka besar resiko kredit

5% x 0,50 = 2.5%

4% x 0,30 = 1.2%

3% x 0,20 = 0.6%

Mean = 4.3%

Jadi resiko kredit itu adalah 4.3%

b) Mengadakan klasifikasi pelanggan

- Golongan resiko di bawah 4.3%

- Golongan resiko pada 4.3%

- Golongan resiko di atas 4.3%

c) Seleksi para pelanggan dari keterengan di atas dapat ditentukan kebijakan untuk pelanggan tetap tidak memberikan kredit baru bagi pelanggan dengan resiki di atas 4.3% dan memberikan kredit baru bagi pelanggan dengan resiko di bawah 4.3%

3. Penentuan potongan-potongan

Ini dilakukan untuk merangsang pelanggan agar membayar pada waktu yang telah ditetapkan misalnya pelanggan yang membayar kredit 20 hari dari waktu pengenalan barang diberi potongan 2% dan bila lebih dari 20 hari hingga 30 hari tidak diberi potongan. Dan yang membayar lebih dari 30 hari akan di beri beban administrasi tagihan. Ini ditulis dengan 2/30, net 30, dan terkena beban biaya lebiah dar 30 hari

4. Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit

Penyebab umum kredit telat untuk ditarik adalah kelalaian dalam penyerahan faktur kepada pelanggan dan tertundanya pengiriman pemberitahuan atau mungkin tidak dikerjakan sama sekali. Surat yang mungkin tidak dianggap lagi pada masa sekarang ini mempumyai 2 fungsi yaitu:

- Untuk menjamin rekening yang ada di perusahaan dan yang dimiliki pelanggan sama

- Untuk mendesak pelanggan dalam mebayar kredit

5. Penetapan ketentuan dalam menghadapi penunggak

a) Penyampaian surat tagihan

b) Penagihan dengan aktif baik dengan surat maupun langsung

c) Penarikan dengan jaminan untuk mempercepat pelunasan kredit

3. Penggunaan ratio-ratio

Yaitu dengan cara membandingkan perputaran piutang dengan rata-rata waktu pengumpulan dari perusahaan tertentu dengan perusahaan yang lain yang sejenis atau kelompok industrinya. Apabila ada perbedaan yang mencolok antara kedua ratio maka perlu diadakan penelitian lebih dalam terhadap kebijaksanaan itu.