Wednesday, March 10, 2010

mau di bawa kemana

lompatan awal dari segala kegiatan merupakan setengah dari perjalanan ke depan dari kegiatan itu sendiri. Jika lompatan awal itu baik maka dapat diestimasikan atau di kira-kira bagaimana perjalanan ke depannya, begitu pula sebaliknya. begitu pula yang terjadi di sebuah lembaga pendidikan, lembaga ini punya sebuah kebiasaan yang sangat positif yaitu selalu mengawali tahun ajaran ataupun semesternya dengan sebuah upacara pembukaan dan mengakhirinya dengan tasyakuran. Namun baru-baru ini beberapa hari yang lalu sebelum tulisan ini di tulis oleh si penulis, kebiasaan itu seolah hilang. Upacara pembukaan yang seharusnya diadakan pada hari senin, ternyata tidak jadi karena tidak ada persiapan sedikitpun dari panitia, bahkan tak ada satupun panitia yang "nongol" pada waktu itu. Sehingga para peserta lembaga pendidikan tersebut bertanya-tanya, "jadi ga sich upacara hari ini?" tak ada yang dapat menjawab pada waktu itu, yang ada hanya sebuah pemahaman sebagai hasil dari pengamatan bahwa tidak ada kesiapan dari panitia. 2 hari setelah hari tersebut tersiar berita bahwa pada hari rabu 10-03-2010 akan di adakan upacara pembukaan, padahal seharusnya sudah lewat dari waktu yang di tentukan. Dan berita itu pun merupakan perintah dari atasan panitia yang pada akhirnya menunjukkan ada misscommunication antar atase, serta gap yang cukup lebar antar mereka. malang tak dapat ditolak untung tak dapat di raih, para peserta yang melihat figurnya seolah kehilangan pegangan, merasa bingung jalan mana yang harus kami lalui? tambah lagi kesalahan yang tak jelas namun tampak ini kembali para peserta didik yang menjadi tempat lemparan batu kesalahan. Apakah ini yang seharusnya dilakukan atase kepada peserta didik-nya?
pertanyaan yang muncul adalah mau dibawa ke mana perjalanan lembaga ini satu semester ke depan jika lompatan awalnya bukan hanya buruk namun telah gagal? dan haruskah peserta didik yang menjadi pelampiasan kesalahan? lalu untuk apa disiplin terhadap peserta didik terus di tingkatkan sedangkan para atase dan panitianya tidak memberi contoh yang baik dan benar?
jawabannya adalah sikapi hal ini dengan dewasa jangan saling menyalahkan apalagi melempar kesalahan kepada orang lain. Namun jadikan ini sebagai evaluasi dan pelajaran. Agar lembaga pendidikan tersebut lebih bijak dan lebih baik. seperti kata pepatah arab yang artinya aku bukanlah orang yang menghormati orang yang tidak menghormati ku dan aku bukanlah orang yang memandang orang yang tidak memandang ku. baiklah para pembaca yang budiman, apa yang terjadi selanjutnya pada lembaga ini? kita lihat, dengar, dan rasakan bersama bagaimana jadinya lembaga ini selama semester ke depan.

0 comments: